Tahukah Kamu

Tahukah Kamu Sejarah Pecinan Muntilan

Stigma tentang komunitas Tionghoa yang dianggap eksklusif di Indonesia ternyata tidak muncul secara alami, melainkan sengaja dibentuk oleh penjajah Belanda. Pecinan menjadi simbol eksklusivitas ini, meskipun awalnya dibentuk sebagai alat kontrol Belanda terhadap etnis Tionghoa di Nusantara.

Harto Juwono, seorang tokoh Tionghoa dari Muntilan dengan gelar doktor sejarah dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa pembentukan Pecinan erat kaitannya dengan pemberontakan etnis Tionghoa pada 1740-1743. Konflik ini bermula di Batavia dan meluas ke sepanjang pantai utara Jawa.

Sejak VOC membangun Batavia pada 1619, kota tersebut didesain sebagai benteng pertahanan menghadapi kerajaan-kerajaan lokal. Untuk mengisi kota, VOC mendatangkan berbagai etnis, termasuk Tionghoa. Mereka bekerja di berbagai sektor, salah satunya sebagai penggiling tebu.

Namun, populasi Tionghoa yang meningkat menyebabkan persaingan kerja dan memicu pengangguran, yang berujung pada peningkatan kriminalitas. Untuk mengatasi masalah ini, VOC berencana mengirim sebagian etnis Tionghoa ke perkebunan di Sri Lanka. Sayangnya, isu tenggelamnya kapal pengangkut pekerja menimbulkan pemberontakan besar yang menjalar ke wilayah pesisir utara Jawa, seperti Lasem dan Jepara.

Sebagai respons, Baron Van Imhoff, yang menggantikan Gubernur Jenderal Val Ckenier, mengeluarkan kebijakan mengarantina etnis Tionghoa dalam kampung khusus yang dikenal sebagai Pecinan. Pecinan pertama didirikan di Glodok, Jakarta, dengan tujuan mempermudah pengawasan. Orang Tionghoa yang ingin keluar-masuk harus memiliki surat jalan dari pemerintah Belanda, berbeda dengan penduduk pribumi yang bebas bergerak tanpa izin.

Meski terisolasi, komunitas Tionghoa tidak terlalu keberatan karena mendapat fasilitas lebih baik dibandingkan pribumi, seperti lokasi strategis dan hak mewariskan tanah serta bangunan. Kepala kampung atau Wijk Mister biasanya dipilih dari kalangan Tionghoa terkaya, yang bertanggung jawab atas pajak komunitas.

Baca Juga:  Tahukah Kamu Salak Nglumut, Si Ikon Khas Magelang

Di Muntilan, Pecinan mulai berkembang saat Perang Diponegoro (1825-1830), seiring penerapan strategi Benteng Stelsel oleh Belanda. Etnis Tionghoa memasok kebutuhan logistik bagi tentara Belanda di benteng-benteng tersebut. Kampung benteng pertama di Muntilan muncul pada 1828 di Sleko, yang mencatatkan keberadaan komunitas Tionghoa di daerah itu.

Pecinan Muntilan terus berkembang, termasuk berdirinya Klenteng Hok An Kiong. Awalnya, klenteng ini berada di sebelah barat Jalan Pemuda Muntilan dan terbuat dari bambu. Lokasi klenteng berpindah pada 1905 ke tempatnya sekarang. Di halaman klenteng dahulu terdapat pasar Muntilan, yang kemudian dipindahkan pada 1935 karena meningkatnya jumlah pedagang. Bukti sejarah berupa keramik dan angka tahun 1878 ditemukan di altar klenteng ini, menandakan jejak panjang komunitas Tionghoa di Muntilan.

Leave a Reply