Artikel

Gereja Ayam Yang Mendunia, Ternyata Pendirinya Lulusan SD

Bukit Rhema atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gereja Ayam menjadi perhatian publik karena keunikan bangunannya. Beberapa media nasional dan internasional pun tak ketinggalan meliput bangunan unik yang berdiri di atas bukit ini.

Dulu, jika kita berwisata ke Yogyakarta atau Magelang pasti umumnya mengunjungi Candi Borobudur. Sekarang, banyak tempat wisata favorit yang bisa kalian datangi, salah satunya Gereja Ayam Magelang. Lokasinya tidak jauh dari Candi Borobudur hanya sekitar 3 Km dari Candi Borobudur.

Bukit Rhema berdiri di atas Bukit Menoreh yang bisa dibilang masih hutan pada saat itu. Dari tempat ini kita bisa melihat Candi Borobudur dan pemandangan indah perbukitan ataupun lembah persawahan yang hijau membentang.

Kedai Bukit Rhema Magelang

Jurnalis Visitmagelang.id berhasil menemui pendiri Bukit Rhema (Gereja Ayam), Daniel Alamsjah (75). Pria kelahiran Lampung ini masih terlihat gagah meski saat ini usianya akan memasuki 76 tahun.

Daniel masih aktif mengontrol project pembangunan Bukit Rhema yang mulai dibangun tahun 1992 dan saat ini dalam proses penyelesaian dan pengembangan.

Dibalik ketenaran Bukit Rhema atau Gereja Ayam Magelang yang telah mendunia, siapa sangka Daniel Alamsjah hanya lulusan Sekolah Rakyat.

Daniel sendiri lah yang merancang bentuk dan design bangunan berbentuk merpati terbesar di dunia ini. Bahkan Swiss Federal Institute of Technology memutuskan membuat miniatur bangunan Bukit Rhema untuk dipamerkan di Zurich. Hal tersebut karena keunikan arsitekturnya dan proses pembangunannya secara manual.

Ruang Doa dengan gaya arsitektur yang unik

Banyak orang bertanya ke saya, bapak lulusan universitas mana? Mereka kaget ketika saya jawab hanya lulusan SD, tegas Daniel ke Visit Magelang.

Masa muda Daniel tidaklah enak, ia dilahirkan di keluarga yang sangat sederhana sehingga hari harinya dilewatkan dengan sangat menyedihkan.

Baca Juga:  Rehabilitasi Gangguan Jiwa Dengan Terapi Terpadu Hadir di Magelang

Hampir tiap hari hanya makan dengan jagung, bila makan nasipun harus makan nasi yang banyak batunya, kenang Daniel.

Di masa tuanya ia bermimpi karyanya akan banyak dikunjungi wisatawan manca negara, sesuai dengan visi yang ia dapat “Segala Bangsa akan berduyun duyun kesana”.

Sepertinya mimpi itu segera terwujud karena menurut Denmas, Head of Marketing Bukit Rhema menyebutkan saat ini Bukit Rhema telah dikunjungi setidaknya wisatawan dari 14 negara.

Leave a Reply