Daniel Alamsjah, Sosok Pemulih Jiwa & Pembawa Pesan Toleransi

Daniel Alamsjah (76) terpanggil membangun rumah doa dan panti rehabilitasi untuk membantu sesama yang mengalami masalah kesehatan jiwa. Meski dirinya bukan rohaniawan dan sama sekali tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi. Daniel terus aktif dalam misi penyembuhan bagi mereka yang membutuhkan.

Selama ini Daniel lebih dikenal sebagai pendiri Rumah Doa Bukit Rhema yang dikenal dengan sebutan Gereja Ayam yang berlokasi di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Rumah doa ini terdiri dari tujuh lantai yang berbentuk menyerupai burung merpati.

Berada di kawasan Perbukitan Menoreh, popularitas Bukit Rhema melonjak drastis setelah menjadi tempat pengambilan gambar film “Ada Apa Dengan Cinta 2” beberapa tahun lalu.

Bukit Rhema mulai dibangun tahun 1992 dan saat ini menjadi kawasan wisata yang ramai dikunjungi wisatawan tiap harinya, baik wisatawan lokal maupun luar negeri.

Pembangunan Bukit Rhema berawal saat ia masih bekerja di Jakarta. Saat ia sedang berdoa di rumahnya, kemudian tembok kamarnya tersebut yang berwarna putih berubah menjadi gunung dengan pemandangan yang indah. Kejadian tersebut hanya beberapa detik, lalu hilang.

Meski hanya sekilas , pengalaman spritual itu begitu membekas di hatinya dan menentukan perjalanan hidup daniel setelahnya.

Saat liburan lebaran, kebiasaannya ialah pulang kampung ke kampung istrinya yang berada tak jauh dari Candi Borobudur. Suatu ketika, ia diajak seorang pemuda berjalan-jalan ke sebuah bukit. Daniel kaget bukan kepalang karena bukit yang ia daki sama seperti pemandangan bukit yang ia lihat saat berdoa di rumahnya. “Setelah saya kembali ke Jakarta, tiap hari saya ingat terus pada tempat ini. Rasanya seperti ada magnet yang menarik,” ujarnya.

Daniel akhirnya memutuskan kembali ke bukit di Borobudur. Ia naik ke bukit itu sendirian dan berdoa di sana semalaman. Sejak saat itu ia bertekad membangun rumah doa di bukit tersebut.

Secara bertahap Daniel membeli lahan di bukit itu dan membangun Rumah Doa Bukit Rhema. Rumah Doa tersebut sejak awal dibangun ditujukan bagi semua kalangan, tak terbatas untuk umat agama tertentu.

Baca Juga :   Rehabilitasi Gangguan Jiwa Dengan Terapi Terpadu di Magelang

Daniel tidak dilahirkan dari latar belakang keluarga kaya raya. Bahkan dalam perjalanan hidupnya ia pernah bekerja sebagai kernet truk sebelum diterima bekerja di perusahaan asing di Jakarta pada tahun 1978.

Daniel Mendirikan Panti Rehabilitasi Betesda

Selain membangun Rumah Doa Bukit Rhema, Daniel juga membangun Panti Rehabilitasi Mental dan Jiwa Betesda. Panti yang berlokasi dekat Bukit Rhema itu menjadi tempat merawat penyandang gangguan jiwa dan pecandu narkoba.

Selain dibiayai dengan uang pribadi, pembangunan Panti tersebut juga dibantu sejumlah pihak. Salah satunya dari pemeluk agama Buddha yang secara tidak sengaja datang ke Panti Rehabilitasi Betesda yang saat itu pembangunannya belum selesai.

Berkat bantuan para donatur itu, pembangunan gedung yang saat ini digunakan sebagai Panti Rehabilitasi selesai tahun 1994 dan diresmikan pada tanggal 12 November 1994. Di Panti Rehabilitasi Betesda para penderita gangguan jiwa dan pecandu narkoba menjalani aneka terapi seperti ibadah dan berdoa. Selain itu juga menjalani perawatan medis oleh dokter dari Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo, Magelang.

Saat ini, Panti Rehabilitasi Betesda merawat sekitar 100 klien dan sekitar 15% merupakan klien dari keluarga tidak mampu yang dibebaskan dari biaya perawatan.

Sumber : Kompas (Haris Firdaus & Regina Rukmorini)

Yowen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *